BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama seratus tahun lebih, para pakar geografi, pakar ekonomi, perencana kota, para ahli strategi bisnis, ilmuan regional, dan para ilmuan sosial lainnya telah mencoba memberikan penjelasan tentang “mengapa” dan “dimana” aktivitas ekonomi berlokasi. Ketimpangan distribusi kegiatan ekonomi secara regional dalam satu negara telah menjadi perhatian utama. Inilah yang mendorong dilakukannya banyak penelitian dalam bidang ini.
Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik urbanisasi yang cepat di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an. Berbeda dalam kasus industri berbasis sumber daya (resource-based industries), industri manufaktur cenderung berlokasi di dalam dan di sekitar kota. Pertanian dan industri berdampingan, bahkan kadang berebut lahan di seputar pusat-pusat kota yang pada gilirannya semakin mengaburkan perbedaan baku antara desa dan kota. Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dimana potensi dan kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mendapat manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan dalam bentuk produktifitas dan pendapatan yang lebih tinggi, menarik investasi baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dibanding pedesaan.(1)
Konsentrasi aktifitas ekonomi secara spasial menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses yang selektif dan hanya terjadi pada kasus tertentu bila dipandang dari segi geografis. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, mayoritas industri manufaktur telah sekian lama terkonsentrasi pada suatu lokasi yang disebut “sabuk manufaktur”. Konsentrasi spasial industri (Industrial clustering) yang serupa juga ditemukan di kawasan industri Axial Belt di Inggris.(2)
Pembangunan sektor industri manufaktur (manufacturing industry) hampir selalu mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang (NSB). Hal ini dikarenakan sektor industri manufaktur dianggap sebagai sektor pemimpin (the leading sector) yang mendorong perkembangan sektor lainnya, seperti sektor jasa dan pertanian. Pengalaman pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara industri dan negara sedang berkembang menunjukkan bahwa sektor industri secara umum tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor pertanian. Berdasarkan kenyataan ini tidak mengherankan jika peranan sektor industri manufaktur semakin penting dalam berkembangnya perekonomian suatu negara termasuk juga Indonesia. Perkembangan industri manufaktur yang pesat di Indonesia ternyata bias ke pulau Jawa dan Sumatra selama dua dekade terakhir. Ini jelas terlihat mencolok untuk industri besar dan menengah (IBS), yang sering diasosiasikan dengan industri manufaktur yang modern. Pada tahun 1999, pulau Jawa menyumbang 81.07% terhadap total penyerapan tenaga kerja dan 81.08% terhadap total nilai tambah IBS Indonesia. Pulau Sumatra, pada saat yang sama, hanya mampu menyerap tenaga kerja maupun menghasilkan nilai tambah sedikit diatas 10%. Kalimantan dan pulau-pulau lain di Katimin (Kawasan Timur Indonesia) kurang berperan penting dalam industri manufaktur Indonesia sebagaimana terlihat dari kecilnya pangsa kawasan ini dilihat dari jumlah tenaga kerja dan nilai tambah. Bila pangsa Jawa dan Sumatra ditambahkan maka peranan dua pulau di Kabarin (Kawasan Barat Indonesia) ini mencapai lebih dari 90% dari seluruh aktifitas industri. Dengan kata lain, ini mencerminkan begitu besarnya orientasi IBS yang bias ke Kabarin di banding ke Katimin.(3)
Konsensus umum dalam paradigma geografi ekonomi baru adalah bahwa liberalisasi perdagangan mendorong penyebaran kegiatan menufaktur. Krugman, misalnya, menyatakan bahwa perdagangan dan penghematan aglomerasi menghasilkan lebih banyak spesialisasi regional yang secara sistematis menarik industri dari daerah-daerah pinggiran. Memang kebanyakan studi empiris tentang distribusi geografis kegiatan manufaktur yang tidak merata dan terus menerus berlangsung dalam jangka panjang telah banyak dilakukan di negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Uni Eropa.(4)
Studi yang dilakukan oleh Krugman pada 106 industri di berbagai daerah AS, dengan menggunakan indikator gini lokasional (locational gini), menunjukkan bahwa perekonomian AS menjadi kurang begitu terspesialisasi secara regional selama periode 1947-1985 dan industri tradisional yang berteknologi rendah cenderung merupakan industri yang paling kuat lokalisasinya. Studi lain yang mengamati tren struktur manufaktur regional di AS selama periode 1930-1987 menunjukkan bahwa industri manufaktur secara umum menjadi berkurang konsentrasi spasialnya. Studi ini juga menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi spasial semakin lebih rendah dibandingkan selama pertengahan abad kesembilan belas. Dalam kaitannya dengan UKM, pertumbuhan UKM mulai menjadi topik yang cukup hangat sejak munculnya tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, yang didasari oleh pengalaman dari sentra-sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan Industri Skala Menengah (ISM) di beberapa negara di Eropa Barat, khususnya Italia. Sebagai contoh kasus, bahwa pada tahun 1970-80an, pada saat Industri Skala Besar di Inggris, Jerman dan Italia mengalami stagnasi atau kelesuan, ternyata Industri Skala Kecil (terkonsentrasi di lokasi tertentu membentuk sentra-sentra) yang membuat produk-produk tradisional mengalami pertumbuhan yang pesat dan bahkan mengembangkan pasar ekspor untuk barang-barang tersebut dan menyerap banyak tenaga kerja. Menurut Tambunan, pengalaman ini menunjukkan bahwa industri kecil di sentra-sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar, dan dapat meningkatkan produksinya daripada industri kecil secara individu di luar sentra.(5)
Smith dan Florida dalam Didi Nuryadin, menguji peran khusus dari tipe aglomerasi, hubungan kedepan dan kebelakang (backward-forward linkage) perusahaan manufaktur di dalam perusahaan proses penentuan lokasi industri. Dengan menggunakan analisis ekonometrik dari Japanese-affiliated manufacturing establishment in autommotive-related industries. Dimulai dari konsep model proses penentuan lokasi Japanese manufacturing autommotive-related industries manufacturing establishment dengan menekankan pada peran aglomerasi di dalam lokasi industri. Mengikuti Krugman (1991), Arthur (1990), dan yang lain David dan Rosebloom (1990), Walker (1989), mereka menganjurkan bahwa aglomerasi mempunyai pengaruh yang kuat atas lokasi industri. Hipotesis lanjutan bahwa aglomerasi merupakan faktor yang signifikan di dalam lokasi industri Japanese-affiliated establishment. Sebagai pilihan tambahan didalam area yang relatif tertutup dengan japanese automotive assembly establishment, Japanese automotive-related manufacturing memilih lokasi dengan populasi yang besar, kepadatan industri manufaktur yang tinggi dan upah yang tinggi. Temuan ini mendukung kepercayaan, tetapi berlawanan dengan muatan catatan kebijaksanaan yang lazim dalam literatur lokasi industri. Signifikan yang besar ditemukan pada peran upah, serikat pekerja dan konsentrasi minoritas di dalam pilihan lokasi japanese-affiliated manufacturing establishment cenderung untuk berlokasi ditempat di mana upah tinggi. Pilihan lokasi ini sangat kontras dengan hipotesis upah rendah yang ada di dalam literatur. Mereka percaya bahwa orientasi upah yang tinggi dari Japanese manufacturing establishment mencerminkan trade-off di dalam modal manusia yang besar dan stabilitas kekuatan pekerja yang lebih baik.(6)
Penduduk merupakan unsur yang penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Lincolin Arsyad (1997) menjelakan bahwa pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labour force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya semkin angkatan kerja berarti semakin produktif angkatan kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik. Dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana tenaga kerja, khususnya yang bergerak dibidang industri kecil dan menengah (IKM) tenun di desa Troso Pecangaan Jepara, Jawa Tengah terhadap aglomerasi IKM tenun di kabupaten tersebut.
Dari latar belakang itulah diperlukan penelitian untuk menganalisis faktor apa saja yang berpengaruh terhadap aglomerasi IKM tenun di desa Troso Pecangaan Jepara yang meliputi tingkat upah, tenaga kerja dan orientasi pasar. Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap aglomerasi usaha tenun di kabupaten Jepara diharapkan menjadi bahan pengambilan keputusan bagi pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan IKM tenun di daerahnya.
Atas dasar permasalahan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGLOMERASI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH TENUN DI DESA TROSO PECANGAAN JEPARA ”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menginterpretasikan beberapa istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskannya sebagai berikut:
1. Aglomerasi
Aglomerasi adalah pengumpulan atau pemusatan di lokasi atau kawasan tertentu.(7)
2. IKM (industri kecil dan menengah) tenun
IKM tenun adalah kegiatan memproses atau mengolah hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas, sutra dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin dengan menggunakan sarana dan peralatan.(8)
3. Tingkat Upah (UMR)
Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah pokok minimum bulanan, termasuk tunjangan tetap dan teratur. UMR ditetapkan berdasarkan wilayah-wilayah tertentu dalam suatu provinsi. Pertimbangan yang digunakan dalam penetapan UMR sebagai berikut:(9)
a. Kebutuhan hidup minimum
b. Indeks harga konsumen
c. Perluasan kesempatan kerja
d. Upah pada umumnya yang berlaku secara regional, dan
e. Tingkat perkembangan perekonomian
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah para pekerja yang dipekerjakan, yang melaksanakan aktifitas-aktifitas kearah produksi.(10)
5. Orientasi Pasar
Orientasi pasar adalah produk dibuat berdasarkan ide yang datang dari keinginan dan kebutuhan konsumen kemudian dijual ke pasar.(11)
C. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah tingkat upah berpengaruh terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara?
2. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara?
3. Apakah orientasi pasar berpengaruh terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara?
4. Apakah tingkat upah, tenaga kerja dan orientasi pasar berpengaruh terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh tingkat upah terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara.
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh tenaga kerja terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara.
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh orientasi pasar terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara.
4. Untuk menguji secara empiris pengaruh tingkat upah, tenaga kerja dan orientasi pasar terhadap aglomerasi IKM tenun di Desa Troso Pecangaan Jepara.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan ekonomi, khususnya ekonomi Islam mengenai kewirausahaan dalam pengembangan aglomerasi industri kecil dan menengah.
b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai aglomerasi, sehingga dapat diperoleh analisa dan kesimpulan yang lebih sempurna.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh pengusaha tenun dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan aglomerasi IKM tenun.
b. Memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah Jepara sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam kaitannya dengan pengembangan aglomerasi IKM tenun.
c. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat umum agar mereka memikili informasi tambahan mengenai aglomerasi khususnya yang berhubungan dengan industri kecil dan menengah tenun.
F. Batasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan;
1. Obyek penelitian adalah pengusaha tenun Troso Pecangaan Jepara.
2. Yang diteliti adalah pengaruh tingkat upah, tenaga kerja dan orientasi pasar terhadap aglomerasi.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam sistematika penulisan ini akan menjelaskan kerangka penulisan yang merupakan konsep dasar dalam pembahasan selanjutnya. Adapun sistematika penulisanya sebagai berikut :
Bab I : Pada bab pendahuluan ini akan dikemukakan hal-hal mengenai latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Landasan Teori
Hal yang dikemukakan dalam landasan teori adalah tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini berisikan jenis penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengambilan data, definisi operasional, teknik analisis data.
Bab IV : Hasil dan pembahasan
Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, yaitu tentang gambaran umum perusahaan serta pengujian analisis data
Bab V : Penutup
Berisikan mengenai kesimpulan dari analisis data serta mengajukan beberapa saran-saran berkaitan dengan kesimpulan tersebut.
REFERENSI :
1. Didi Nuryadin et. al., “Aglomerasi Dan Pertumbuhan Ekonomi: Peran Karakteristik Regional di Indonesia”, Jurnal Urban & Regional, FE UPN Veteran YK, Depok, Desember 2007. hlm. 2.
2. Erlangga Agustino Landiyanto, “Konsentrasi Spasial Injdustri Manufaktur: Tinjauan Empiris Di Kota Surabaya”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, FE Universitas Erlangga, Surabaya, 2002, hlm. 2-3.
3. Zaenal Arifin dan Nazaruddin Malik, “Konsentrasi Spasial Pertumbuhan Industri Manufaktur Di Kawasan Timur Indonesia”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2003, hlm. 1.
4. Mudrajad Kuncoro, “Adakah Perubahan Konsentrasi Spasial Industry Manufaktur Di Indonesia, 1976-2001?”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 1, No. 4, FE UGM, Yogyakarta, 2001, hlm 2.
5. Mudrajad Kuncoro dan Irwan Adimaschandra Supomo, “Analisis Formasi Keterkaitan Pola Kluster dan Orientasi Pasar : Studi Kasus Sentra Industri Keramik di Kasongan, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta”, Jurnal Empirika, Vol 16, No. 1, juni, 2003, hlm. 2.
6. Didi Nuryadin, Op. Cit, hlm. 6
7. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990. hlm. 11
8. Ibid., hlm. 1041.
9. Eti Rochaety, Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 353.
10. Winardi, Ilmu Ekonomi : Aspek-aspek Sejarahnya, P.T. Aditya Bhakti, Bandung, 1990, hlm. 268.
11. Basri, Bisnis Pengantar, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2004, hlm. 8.
kumpulan makalah-makalah & skipsi wilayah pendidikan serta ekonomi
Rabu, 27 April 2011
Selasa, 26 April 2011
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL GERLACH DAN ELLY PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ BAB AKHLAQ TERPUJI
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MODEL GERLACH DAN ELLY
MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ BAB AKHLAQ TERPUJI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah : Teknologi pembelajaran
Disusun oleh :
Imam Ali Munthoha 108087
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MODEL GERLACH DAN ELLY
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1. Merumuskan tujuan
2. Pemilihan isi pelajaran
3. Penilaian perilaku masukan
4. Menentukan teknik dan strategi
5. Pengelompokan belajar
6. Menetukan pembagian waktu
7. Menentukan ruang
8. Pemilihan sumber-sumber belajar yang tepat
9. Evaluasi pelaksanaan
10. Menganalisis umpan balik.
Model ini merupakan suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan yang hendaknya digunakan sebagai checklist dalam membuat sebuah rencana untuk mengajar. Dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan perincian setiap komponen. Model ini memperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan kedalam suatu rencana untuk mengajar.
DESAIN PEMBELAJARAN
1. Merumuskan tujuan
Guru harus memulai dengan merumuskan secara spesifik perilaku-perilaku dalam bentuk apa yang dapat dilakukan oleh siswa pada titik-titik tetentu sepanjang continuum pengajaran.
2. Pemilihan isi pelajaran
Memilih isi pelajaran yang akan membantu siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
3. Penilaian perilaku masukan
Di awal permulaan mengajar guru perlu/harus mengetahui pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap apa yang telah dimiliki para siswa untuk menganalisis perbedaan-perbedaan individual siswa. Ada berbagai cara untuk menganalisis perbedaan-perbedaan individual siswa, diantaranya : menggunakan catatan-catatan yang tersedia disekolah, pre tes yang dirancang oleh guru.
4. Menentukan teknik dan strategi
Strategi adalah pendekatan guru terhadap penggunaan informasi, pemilihan sumber-sumber dan merumuskan peranan para siswa. Ada dua jenis strategi yang diantaranya :
a. Pendekatan ekspositori
Merupakan suatu pendekatan dimana guru menyajikan informasi para siswa. Sumber informasi yang digunakan adalah buku teks, bahan-bahan audio visual, dan pengalaman pribadi guru. Sebagai contoh : Guru berdiri didepan kelas untuk menyajikan informasi dan para siswa diharapkan memproses informasi dengan cara yang sama seperti yang disajikan guru.
b. Pendekatan inkuiri
Didalam pendekatan ini guru bertindak sebagai fasilitator pengalaman-pengalaman belajar, serta menciptakan atau mengatur kondisi yang merangsang para siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang topic yang sedang dibahas.
Sedangkan yeng dimaksud dengan teknik yaitu, prosedur-prosedur dan praktek-praktek yang digunakan untuk menyelesaikan atau mencapai tujuan-tujuan tanpa mempersoalkan pendekatan yang digunakan.
5. Pengelompokan belajar
Tujuan utama dari pengelompokan belajar ialah menjawab 3 pertanyaan dibawah ini :
a. Tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai siswa dengan cara belajar sendiri?
b. Tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai siswa melalui interaksi antar siswa tanpa keterlibatan guru?
c. Tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai siswa melalui presentasi guru secara formal dan melalui interaksi antara guru dan siswa?
6. Menetukan pembagian waktu
Guru harus dapat mencapai tujuan-tujuan dengan hambatan waktu yang ada. Misalnya dengan menentukan cara pengelompokan yang bagimana, cara penggunaan ruang yang bagaimana, strategi mangajar apa dan sumber-sumber apakah yang cocok dengan pengalokasian waktu.
7. Menentukan ruang
a. Ruangan-ruangan kelompok besar
Misalnya untuk penyajian informasi formal siswa akan dikelompokkan dari 60 sampai 300 orang siswa, keadaan seperti ini akan memerlukan perpindahan dari kelas biasa ke ruang instruksional yang lebih besar.
b. Ruangan-ruangan kelompok kecil
Misalnya untuk diskusi antar siswa yang dibuat dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini bisa dilakukan didalam kelas dengan menaruh tiap kelompok di sudut kelas.
c. Ruangan untuk belajar mandiri
Penentuan ruang untuk kenyamanan pelajaran yang memerlukan materi-materi audio atau materi visual dalam pembelajaran individual.
8. Pemilihan sumber-sumber belajar atau media yang tepat
Guru merupakan koordinator sumber-sumber belajar. Dan ada lima golongan sumber belajar yang akan digunakan, yaitu :
a. Still pictures atau gambar-gambar seperti lukisan dinding, kaligrafi, dll.
b. Bahan-bahan audio, seperti suara guru atau orang lain sebagai sumber informasi, radio, dll.
c. Gambar hidup atau televisi.
d. Benda-benda nyata, orang, model-model dan stimulasi, seperti guru dengan taman sejawatnya, staf professional disekolah adalah nara sumber. Terjun langsung kedalam masyarakat malalui field trips atau perjalanan sekolah.
e. Pengajaran terprogram dan pengajaran dengan bantuan computer, bahan pengajaran terprogram ini akan digunakan oleh para siswa secara terprogram.
9. Evaluasi pelaksanaan (performance)
Pelaksanaan ialah tindakan mengajar, tindakan belajar. Pelaksanaan merupakan suatu titik dimana para siswa dihadapkan pada isi pengajaran dan mulai bergerak kearah tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Berkenaan dengan evalualuasi pelaksanaan, ada dua hal yang akan dinilai :
a. Evaluasi untuk memberikan informasi tentang perilaku siswa setelah proses belajar-mengajar berlangsung, hal ini bertujuan untuk membedakan antara individu-individu.
b. Evaluasi yang memberikan informasi tentang teknik-teknik instruksional yang menghasikan perilaku, hal ini bertujuan untuk membedakan antara metode-metode instruksional.
10. Menganalisis umpan balik
Konsep umpan balik disini berimplikasikan suatu konfirmasi atau koreksi.
Setelah suatu respon terbentuk, umpan balik harus terjadi secepat-cepatnya, hal ini akan sangat menunjang bagi para siswa. Dan apabila respon-respon siswa benar maka guru harus menguetkannya.
CONTOH DESAIN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ
MATERI AKHLAQ TERPUJI
I. Identitas Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq
Satuan Pendidikan : MTs. . . .
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlaq
Kelas / Semester : VIII / 2
Aspek : Menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri
Materi Pokok : Akhlak terpuji
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
II. Standar kompetensi
Mendeskripsikan dasar-dasar akhlaq terpuji, tujuan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
III. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan konsep al-qur’an, al-hadits, dan al-hikmah sebagai dasar-dasar akhlaq terpuji.
IV. Indikator :
• Menjelaskan arti akhlaq terpuji menurut pengrtian sehari-hari dan menurut pengertian istilah ahli ilmu akhlaq.
• Menyebutkan ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlaq terpuji.
• Menyebutkan tujuan-tujuan akhlaq terpuji.
• Menjelaskan siapa saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang budiman yang arif.
• Mendefinisikan ilmu akhlaq.
V. Model Pembelajaran
Model pengembanga pembelajaran Gerlach dan Ely
VI. Pendekatan Pembelajaran
Ekspositori, inkuiri.
VII. Metode
Hafalan, diskusi, ceramah, tanya jawab, penugasan.
VIII. Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Aqidah Akhlaq Bab 2 : Akhlaq terpuji
2. LKS Aqidah Akhlaq kls VIII semester 2
3. Panduan LKS (Khusus Untuk Guru)
IX. Alat dan Bahan
Kebutuhan tiap kelompok : buku siswa aqidah akhlaq, dan buku-buku bacaan yang berkaitan dengan akhlaq terpuji.
X. Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan (10 menit )
1. Guru dan siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan Basmallah, kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran.
2. Guru mengingatkan siswa tentang tujuan akhlaq dalam agama Islam.
3. Guru memotivasi siswa dengan menceritakan kisah Luqman dalam mendidik anaknya, serta menunjukkan tokoh-tokoh yang dipuja dan disanjung karna budi pekertinya.
4. Menyampaikan indikator pembelajaran
B. Inti (60 menit)
1. Meminta siswa duduk dalam kelompok, untuk berdiskusi tentang akhlaq di dalam Islam.
2. Membimbing siswa dalam berdiskusi.
3. Meminta siswa/pasangan tertentu mempresentasikan hasil diskusinya kedepan, kemudian siswa lain menanggapinya. Guru memastikan seluruh siswa telah mengetahui kesimpulan yang tepat.
4. Mempresentasikan pengertian akhlaq terpuji, mengkaitkannya dengan ayat-ayat yang terdapat dalam al-qur’an, al-hadits, dan al-hikmah.
5. Meminta siswa membaca bab akhlaq terpuji yang terdapat dalam buku siswa, dan menanyakan ide penting bacaan tersebut.
6. Mendemonstrasikan contoh akhlaq terpuji, misalnya syukur, sabar, dan tawakkal.
7. Menjelaskan keterkaitan al-qur’an, al-hadits, dan al-hikmah dalam kehidupan sehari-hari.
8. Memodelkan pengerjaan contoh soal dari buku siswa maupun LKS.
9. Meminta siswa mengerjakan soal Nomor: 1,2,3. dst secara kelompok.
10. Meminta salah satu siswa menunjukkan hasil kerjanya dipapan tulis.
C. Penutup (10 menit)
1. Dengan arahan guru, siswa melalukan refleksi atas pemahaman tentang materi.
2. Meminta siswa mengerjakan Intisari Subbab 2, misal nomor 1-3 sebagai tes formatif.
3. Menugasi siswa mengerjakan LKS berikutnya sebagai penuntun belajar, dan sebagai PR dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
XI. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi Jenis Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen
• Menjelaskan arti akhlaq terpuji menurut pengrtian sehari-hari dan menurut pengertian istilah ahli ilmu akhlaq.
• Menyebutkan ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlaq terpuji.
• Menyebutkan tujuan-tujuan akhlaq terpuji.
• Menjelaskan siapa saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang budiman yang arif.
• Mendefinisikan ilmu akhlaq.
Tes tulis
Tes lisan
Pilihan
Isian
Uraian
Performance • Sebutkan pengertian akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari dan menurut ahli ilmu akhlaq!
• Sebutkan ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlaq terpuji!
• Sebutkan tujuan-tujuan akhlaq terpuji!
• Jelaskan siapa saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang budiman yang arif!
MODEL GERLACH DAN ELLY
MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ BAB AKHLAQ TERPUJI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah : Teknologi pembelajaran
Disusun oleh :
Imam Ali Munthoha 108087
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MODEL GERLACH DAN ELLY
Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1. Merumuskan tujuan
2. Pemilihan isi pelajaran
3. Penilaian perilaku masukan
4. Menentukan teknik dan strategi
5. Pengelompokan belajar
6. Menetukan pembagian waktu
7. Menentukan ruang
8. Pemilihan sumber-sumber belajar yang tepat
9. Evaluasi pelaksanaan
10. Menganalisis umpan balik.
Model ini merupakan suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan yang hendaknya digunakan sebagai checklist dalam membuat sebuah rencana untuk mengajar. Dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan perincian setiap komponen. Model ini memperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan kedalam suatu rencana untuk mengajar.
DESAIN PEMBELAJARAN
1. Merumuskan tujuan
Guru harus memulai dengan merumuskan secara spesifik perilaku-perilaku dalam bentuk apa yang dapat dilakukan oleh siswa pada titik-titik tetentu sepanjang continuum pengajaran.
2. Pemilihan isi pelajaran
Memilih isi pelajaran yang akan membantu siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
3. Penilaian perilaku masukan
Di awal permulaan mengajar guru perlu/harus mengetahui pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap apa yang telah dimiliki para siswa untuk menganalisis perbedaan-perbedaan individual siswa. Ada berbagai cara untuk menganalisis perbedaan-perbedaan individual siswa, diantaranya : menggunakan catatan-catatan yang tersedia disekolah, pre tes yang dirancang oleh guru.
4. Menentukan teknik dan strategi
Strategi adalah pendekatan guru terhadap penggunaan informasi, pemilihan sumber-sumber dan merumuskan peranan para siswa. Ada dua jenis strategi yang diantaranya :
a. Pendekatan ekspositori
Merupakan suatu pendekatan dimana guru menyajikan informasi para siswa. Sumber informasi yang digunakan adalah buku teks, bahan-bahan audio visual, dan pengalaman pribadi guru. Sebagai contoh : Guru berdiri didepan kelas untuk menyajikan informasi dan para siswa diharapkan memproses informasi dengan cara yang sama seperti yang disajikan guru.
b. Pendekatan inkuiri
Didalam pendekatan ini guru bertindak sebagai fasilitator pengalaman-pengalaman belajar, serta menciptakan atau mengatur kondisi yang merangsang para siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang topic yang sedang dibahas.
Sedangkan yeng dimaksud dengan teknik yaitu, prosedur-prosedur dan praktek-praktek yang digunakan untuk menyelesaikan atau mencapai tujuan-tujuan tanpa mempersoalkan pendekatan yang digunakan.
5. Pengelompokan belajar
Tujuan utama dari pengelompokan belajar ialah menjawab 3 pertanyaan dibawah ini :
a. Tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai siswa dengan cara belajar sendiri?
b. Tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai siswa melalui interaksi antar siswa tanpa keterlibatan guru?
c. Tujuan-tujuan manakah yang dapat dicapai siswa melalui presentasi guru secara formal dan melalui interaksi antara guru dan siswa?
6. Menetukan pembagian waktu
Guru harus dapat mencapai tujuan-tujuan dengan hambatan waktu yang ada. Misalnya dengan menentukan cara pengelompokan yang bagimana, cara penggunaan ruang yang bagaimana, strategi mangajar apa dan sumber-sumber apakah yang cocok dengan pengalokasian waktu.
7. Menentukan ruang
a. Ruangan-ruangan kelompok besar
Misalnya untuk penyajian informasi formal siswa akan dikelompokkan dari 60 sampai 300 orang siswa, keadaan seperti ini akan memerlukan perpindahan dari kelas biasa ke ruang instruksional yang lebih besar.
b. Ruangan-ruangan kelompok kecil
Misalnya untuk diskusi antar siswa yang dibuat dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini bisa dilakukan didalam kelas dengan menaruh tiap kelompok di sudut kelas.
c. Ruangan untuk belajar mandiri
Penentuan ruang untuk kenyamanan pelajaran yang memerlukan materi-materi audio atau materi visual dalam pembelajaran individual.
8. Pemilihan sumber-sumber belajar atau media yang tepat
Guru merupakan koordinator sumber-sumber belajar. Dan ada lima golongan sumber belajar yang akan digunakan, yaitu :
a. Still pictures atau gambar-gambar seperti lukisan dinding, kaligrafi, dll.
b. Bahan-bahan audio, seperti suara guru atau orang lain sebagai sumber informasi, radio, dll.
c. Gambar hidup atau televisi.
d. Benda-benda nyata, orang, model-model dan stimulasi, seperti guru dengan taman sejawatnya, staf professional disekolah adalah nara sumber. Terjun langsung kedalam masyarakat malalui field trips atau perjalanan sekolah.
e. Pengajaran terprogram dan pengajaran dengan bantuan computer, bahan pengajaran terprogram ini akan digunakan oleh para siswa secara terprogram.
9. Evaluasi pelaksanaan (performance)
Pelaksanaan ialah tindakan mengajar, tindakan belajar. Pelaksanaan merupakan suatu titik dimana para siswa dihadapkan pada isi pengajaran dan mulai bergerak kearah tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Berkenaan dengan evalualuasi pelaksanaan, ada dua hal yang akan dinilai :
a. Evaluasi untuk memberikan informasi tentang perilaku siswa setelah proses belajar-mengajar berlangsung, hal ini bertujuan untuk membedakan antara individu-individu.
b. Evaluasi yang memberikan informasi tentang teknik-teknik instruksional yang menghasikan perilaku, hal ini bertujuan untuk membedakan antara metode-metode instruksional.
10. Menganalisis umpan balik
Konsep umpan balik disini berimplikasikan suatu konfirmasi atau koreksi.
Setelah suatu respon terbentuk, umpan balik harus terjadi secepat-cepatnya, hal ini akan sangat menunjang bagi para siswa. Dan apabila respon-respon siswa benar maka guru harus menguetkannya.
CONTOH DESAIN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ
MATERI AKHLAQ TERPUJI
I. Identitas Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq
Satuan Pendidikan : MTs. . . .
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlaq
Kelas / Semester : VIII / 2
Aspek : Menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri
Materi Pokok : Akhlak terpuji
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
II. Standar kompetensi
Mendeskripsikan dasar-dasar akhlaq terpuji, tujuan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
III. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan konsep al-qur’an, al-hadits, dan al-hikmah sebagai dasar-dasar akhlaq terpuji.
IV. Indikator :
• Menjelaskan arti akhlaq terpuji menurut pengrtian sehari-hari dan menurut pengertian istilah ahli ilmu akhlaq.
• Menyebutkan ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlaq terpuji.
• Menyebutkan tujuan-tujuan akhlaq terpuji.
• Menjelaskan siapa saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang budiman yang arif.
• Mendefinisikan ilmu akhlaq.
V. Model Pembelajaran
Model pengembanga pembelajaran Gerlach dan Ely
VI. Pendekatan Pembelajaran
Ekspositori, inkuiri.
VII. Metode
Hafalan, diskusi, ceramah, tanya jawab, penugasan.
VIII. Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Aqidah Akhlaq Bab 2 : Akhlaq terpuji
2. LKS Aqidah Akhlaq kls VIII semester 2
3. Panduan LKS (Khusus Untuk Guru)
IX. Alat dan Bahan
Kebutuhan tiap kelompok : buku siswa aqidah akhlaq, dan buku-buku bacaan yang berkaitan dengan akhlaq terpuji.
X. Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan (10 menit )
1. Guru dan siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan Basmallah, kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran.
2. Guru mengingatkan siswa tentang tujuan akhlaq dalam agama Islam.
3. Guru memotivasi siswa dengan menceritakan kisah Luqman dalam mendidik anaknya, serta menunjukkan tokoh-tokoh yang dipuja dan disanjung karna budi pekertinya.
4. Menyampaikan indikator pembelajaran
B. Inti (60 menit)
1. Meminta siswa duduk dalam kelompok, untuk berdiskusi tentang akhlaq di dalam Islam.
2. Membimbing siswa dalam berdiskusi.
3. Meminta siswa/pasangan tertentu mempresentasikan hasil diskusinya kedepan, kemudian siswa lain menanggapinya. Guru memastikan seluruh siswa telah mengetahui kesimpulan yang tepat.
4. Mempresentasikan pengertian akhlaq terpuji, mengkaitkannya dengan ayat-ayat yang terdapat dalam al-qur’an, al-hadits, dan al-hikmah.
5. Meminta siswa membaca bab akhlaq terpuji yang terdapat dalam buku siswa, dan menanyakan ide penting bacaan tersebut.
6. Mendemonstrasikan contoh akhlaq terpuji, misalnya syukur, sabar, dan tawakkal.
7. Menjelaskan keterkaitan al-qur’an, al-hadits, dan al-hikmah dalam kehidupan sehari-hari.
8. Memodelkan pengerjaan contoh soal dari buku siswa maupun LKS.
9. Meminta siswa mengerjakan soal Nomor: 1,2,3. dst secara kelompok.
10. Meminta salah satu siswa menunjukkan hasil kerjanya dipapan tulis.
C. Penutup (10 menit)
1. Dengan arahan guru, siswa melalukan refleksi atas pemahaman tentang materi.
2. Meminta siswa mengerjakan Intisari Subbab 2, misal nomor 1-3 sebagai tes formatif.
3. Menugasi siswa mengerjakan LKS berikutnya sebagai penuntun belajar, dan sebagai PR dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
XI. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi Jenis Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen
• Menjelaskan arti akhlaq terpuji menurut pengrtian sehari-hari dan menurut pengertian istilah ahli ilmu akhlaq.
• Menyebutkan ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlaq terpuji.
• Menyebutkan tujuan-tujuan akhlaq terpuji.
• Menjelaskan siapa saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang budiman yang arif.
• Mendefinisikan ilmu akhlaq.
Tes tulis
Tes lisan
Pilihan
Isian
Uraian
Performance • Sebutkan pengertian akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari dan menurut ahli ilmu akhlaq!
• Sebutkan ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlaq terpuji!
• Sebutkan tujuan-tujuan akhlaq terpuji!
• Jelaskan siapa saja orang-orang yang termasuk dalam golongan orang budiman yang arif!
Langganan:
Postingan (Atom)